Artikel, Berita, Foto, dan Video

Friday, May 20, 2016

Sisa Kemegahan Kerajaan Ayutthaya Thailand


Salah satu destinasi berlibur terbaik di dunia saat ini adalah Ayutthaya. Kota yang pernah menjadi ibukota Kerajaan Thailand masa lampau selama 470 tahun ini, kini berkembang menjadi sebuah kota tua nan eksotis berjuluk Kota Seribu Pesona. 

Wilayah yang berjarak sekitar 80 kilometer sebelah utara dari Bangkok ini pernah menjadi kota terbesar di dunia pada masanya. Ayutthaya adalah pusat kerajaan Siam di masa lampau, selama 470 tahun. Namun, masa kejayaan Ayutthaya harus berakhir di abad ke-18. Serbuan tentara Birma menyebabkan kerajaan ini runtuh dan nyaris luluh lantak. Ibukota Negeri Gajah Putih pun dipindah ke Bangkok.

Kebesaran kota bernama lengkap Phra Nakhon Si Ayutthaya ini belum sepenuhnya lenyap. Sisa-sisa pagoda, candi-candi megah dan patung-patung Buddha yang indah masih bisa dinikmati para wisatawan dari berbagai belahan dunia. Karya seni dan bangunan tua bersejarah di Ayutthaya dikenal sebagai salah satu peninggalan terkaya di Asia Tenggara. Pantas saja UNESCO menetapkan Ayutthaya sebagai World Heritage Site sejak tahun 1991.

Kuil Phra Mongkhon Bophit adalah kuil Buddha besar di Ayutthaya, diyakini telah didirikan sekitar tahun 1538. Sebelumnya patung ini terletak di luar ruangan di Wat Chichiang, namun dipindahkan di dalam ruangan di sini oleh Raja Lagu Tham. Ketika Burma menghancurkan Ayutthaya, baik Viharn dan Phra Mongkhon Bophit rusak berat akibat kebakaran dan dibiarkan selama hampir dua abad. 

Sampai masa pemerintahan Raja Rama VI di tahun 1920, pekerjaan restorasi dilakukan dan sejumlah besar gambar Buddha ditemukan di sini, dan dibawa ke dekat Chao Sam Phraya Museum Nasional untuk diamankan. Pada tahun 1957, Departemen Seni Rupa melakukan pekerjaan restorasi besar, dan Viharn baru dibangun sesuai dengan desain aslinya. 

Pada tahun 1990, pemerintah provinsi Ayutthaya memperoleh izin dari Departemen Seni Rupa untuk melapisi patung ini dengan lembaran emas, untuk memperingati ulang tahun ke-60 dari Yang Mulia Ratu.

Tak jauh dari Phra Mongkon Bophit ada kuil Phra Si Samphet. Merupakan kuil terbesar di Ayutthaya, yang dikenal dengan jajaran chedis (Stupa bergaya Thailand) yang dipugar. Dahulu kuil ini berada di dalam kompleks bekas istana kerajaan, dan hanya digunakan untuk upacara keagamaan kerajaan. 

Di dalam kuil tersebut tadinya terdapat patung Buddha setinggi 16 m yang ditutupi dengan 340 kg emas, tetapi Burma membakar patung tersebut untuk meleburkan emasnya sehingga kuil juga ikut terbakar dalam kebakaran tersebut. Istana kerajaan juga dapat diakses dari pintu yang sama di Wat Phra Si Sanphet, tetapi hanya memiliki beberapa bangunan berdiri yang tersisa. Selain itu, Ayutthaya juga merupakan salah satu kota di Thailand yang makur karena memiliki hasil bumi yang kaya.

Tak melulu wisata sejarah, Ayutthaya juga memiliki destinasi kuliner yang tak kalah enaknya dengan kota-kota lain di Thailand, salah satunya Roti Sai Mai. Ucapkanlah kata 'roti' dalam bahasa Indonesia kepada warga di Kota Ayutthaya, Thailand. Anda akan diarahkan ke sebuah tempat wisata kuliner. Roti di Ayutthaya adalah kue dadar gulung berisi harum manis. Rasanya enak!

Jika sedang berada di kota tua Ayutthaya, delta sungai yang berbentuk pulau besar itu, mesti coba juga berwisata kuliner selain mengunjungi aneka candi. Di depan rumah sakit Phra Nakhon Si Ayutthaya, di U Thong Road, Ayutthaya, berjejeran tempat wisata kuliner roti Ayutthaya.

Bentuknya bukan roti tawar seperti di Indonesia. Setelah saya lihat, ini adalah kue dadar gulung yang diisi dengan harum manis. Roti bulat pipih dengan model seperti ini sebenarnya bergaya Melayu-India muslim yang punya roti canai dan prata. Namun kemudian oleh warga muslim Thailand di Ayutthaya dimodifikasi lagi menjadi seperti ini.

Ada banyak toko penjual roti Ayutthaya ini, saya mendatangi salah satunya yang bernama toko Roti Mae Chusri. Mae artinya ibu, jadi pemiliknya bernama Ibu Chusri.

Si ibu tampak sibuk membuat roti. Ada adonan tepung di dalam baskom, serta panggangan bulat rata yang biasa dipakai untuk membuat crepes. Adonan diambil dengan tangannya yang memakai sarung tangan, kemudian ditaruh di atas panggangan dan diratakan dengan tangan sampai berbentuk bulatan.

Hanya sekitar 5 menit, roti sudah matang. Roti diberikan ke temannya yang siap menggulung roti dengan harum manis aneka rasa. Saya tidak bisa membaca aksara Thailand, tapi dari gambarnya ada rasa pisang, pandan, talas, strawberi dan kelapa. Satu kantung Roti Sai Mai isi sekitar 15 gulung, hanya 50 Baht atau Rp 17.000. Cocok untuk Anda pecinta roti manis.

Sumber: NET TV & www.travel.detik.com
Share:

0 comments:

Post a Comment

Labels

Recent Posts

Unordered List

Pages