Artikel, Berita, Foto, dan Video

  • This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday, April 29, 2016

Menyukai Bau Sepatu Wanita, Pria Asal China Nekat Curi 160 Pasang

Ilustrasi ratusan sepatu yang dicuri oleh Yang, di Hubei, China.
Beijing - Seorang pria di Hubei, China sangat menyukai sepatu perempuan, sehingga dia mengoleksi berbagai jenis sepatu kaum hawa ini.

Sayangnya, pria tersebut mengoleksi dengan cara mencuri sepatu-sepatu itu. Saat ditangkap polisi, di kediamannya ditemukan 160 pasang sepatu perempuan berbagai jenis.

Tak hanya sepatu, pria ini juga "mengoleksi" sejumlah pakaian dalam dan pakaian perempuan. Semuanya dia curi dari para pekerja perempuan di sebuah perusahaan di dekat kediaman pria tersebut.

"Kami mendapat laporan dari lima atau enam karyawati kami yang mengaku telah kehilangan sepatu dan berbagai barang pribadi mereka, jadi kami memasang kamera CCTV," demikian pernyataan perusahaan tersebut.

Meski sudah memasang CCTV namun korban pencurian sepatu terus bertambah. Akhirnya manajemen perusahaan akhirnya memutuskan untuk melaporkan masalah ini ke kepolisian.

Beberapa hari kemudian, polisi menangkap seorang pria bernama Yang. Dia tertangkap basah sedang mencuri dua pasang sepatu.

Setelah diperiksa, polisi kemudian memeriksa kediaman Yang. Di sana polisi menemukan ratusan sepatu perempuan di balkon, di bawah tempat tidur hingga di dalam kamar mandi rumah Yang.

Setelah dihitung, semua sepatu "koleksi" Yang sudah mencapai 160 pasang. Lalu apa alasan Yang mencuri sepatu-sepatu itu?

"Bau sepatu-sepatu itu membuat saya bahagia," ujar Yang.

Saat kasus ini tersebar di dunia maya, para netizen memberikan komentar terhadap kasus yang aneh tersebut.

"Jika dia mencium bau sepatu saya, maka kegemarannya akan berhenti," ujar seorang netizen.

Meski aneh, namun polisi menangani kasus ini dengan serius. Polisi menganggap orang-orang seperti Yang dianggap ancaman tersembunyi bagi masyarakat.

"Orang dengan kegemaran seperti ini mungkin tak langsung membahayakan masyarakat, namun mereka adalah ancaman tersembunyi. Jika melihat orang dengan perilaku seperti ini, segera melapor," demikian imbauan kepolisian.

Sumber: Kompas.com & shanghaiist
Share:

Roti Bakar 234 Gang Kote

Lapak Roti Bakar 234 Gang Kote yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, tak jauh dari Alun-Alun Kota Bandung.
Kali ini sedang berada di salah satu pusat kuliner Kota Bandung yaitu Roti Bakar 234 atau yang lebih di kenal dengan Roti Bakar Gang Kote.Roti bakar yang terletak di jalan Jenderal Sudirman, Kota Bandung ini, adalah salah satu roti bakar yang paling dicari warga Bandung dan sekitarnya.

Roti bakar ini sudah ada sejak 1969, menurut Ibu Nur, owner dari Roti Bakar 234, dahulu usaha roti bakar ini merupakan milik orang tuanya kini ia yang meneruskan usaha roti bakar tersebut setelah kedua orang tuanya tiada.

Ciri khas dari roti bakar ini yang juga membedakan dengan roti bakar lainnya adalah kualitas bumbu dan topping nomor satu. Termasuk cara membakarnya yang menggunakan arang, dan besi panggangan sate yang menjadi wadah untuk membakarnya.

"Dari areng, areng sama bumbu, kita bumbu kualitas nomer satu, terus orang-orang kan pake kayak kaleng gitu, nah kita mah pake areng." ujarnya.

Selain itu ada ciri khas lain dari roti ini, yaitu ukurannya yang besar mirip martabak berbeda dari roti bakar lain yang umumnya berukuran kecil. Soal variasi rasa, roti ini mempunyai 22 jenis varian rasa. Coklat, kornet, keju, kacang, dan bumbu lobi-lobi serta campuran adalah beberapa diantaranya.

Nah bagi kalian yang ingin mencicipi langsung roti ini, bisa langsung ke Roti Bakar 234 Gang Kote yang buka malam hari mulai jam 9 hingga jam 3 dini hari.
Share:

Kuliner Unik Ayam Lepaas

Potongan Ayam Goreng Bumbu yang bisa disesuaikan dengan selera pelanggan, yaitu Lepaas dan Lemas.
Kalian semua pasti pernah ke Bandung, kan? Ya, ibukota Provinsi Jawa Barat ini memang terkenal sebagai kota pelancong dari luar daerah khususnya Jakarta. Bagi pelancong dari luar kota yang datang ke Bandung, kota ini memiliki sejumlah spot pemandangan yang indah.

Selain itu kota ini juga terkenal dengan sejumlah panganan kuliner khas parahyangan dan daerah-daerah lainnya. Dari mulai restoran, cafe hingga gerobak pinggir jalan, berjejer kuliner khas dari kota ini. Es Goyobod, Seblak, Mie Dingin dan Gehu Pedas adalah beberapa diantaranya yang sering dinikmati pelancong.

Namun ada satu lagi, nih, kuliner Bandung lainnya yang gak kalah unik, yaitu Ayam Lepaas. Ya, Ayam Lepaas dari namanya saja udah bikin kita penasaran, kan? Panganan kuliner ini sebetulnya terdiri dari potongan daging ayam yang dibumbui dua bumbu spesial, yaitu Lepaas dan Lemas. Lepaas sendiri berarti lezat pedas dan Lemas yang berarti lezat manis.

Restoran ini sendiri terletak di Jalan Soekarno-Hatta berdekatan dengan kantor Kementerian Agama Bandung dan tak jauh dari perempatan Buah Batu. Menurut Kepala Unit cabang Soekarno-Hatta, Angga, saat ditemui kami (2/2) di tempat ia menuturkan, bahwasannya restoran ini sudah didirikan sekitar tahun 2012. Ia juga menambahkan, sebetulnya pemilik restoran ini bernama Pak Soeparno yang berasal dari Aceh.

Saat ditanya mengapa nama restoran ini Ayam Lepaas, Angga mengatakan pemberian nama ini hanya untuk menarik minat pengunjung belaka. Di samping itu, selain di Soekarno-Hatta, ada juga cabang restoran lainnya di daerah Mohammad Toha dan Rancaekek. 

Angga juga mengatakan bahwa sebenarnya kuliner Ayam Lepaas ini berasal dari Aceh, kampung halaman sang pemilik. Lalu ia juga menambahkan, omset penjualan perbulan dari restoran ini mencapai 100 juta rupiah. Untuk harga satu porsinya sendiri Paket Ayam Lepaas berkisar 17.500 rupiah dan Paket Ayam Lemas juga berkisar 17.500 rupiah.

Selain itu, kami juga mewawancarai beberapa pelanggan yang sedang makan di restoran Ayam Lepaas, diantaranya Bu Ati yang berprofesi sebagai pengajar. Menurut Bu Ati yang baru pertama kali makan di restoran ini, rasa Ayam Lepaas lezat dan enak serta cocok di lidah. 

Ia juga menambahkan “harganya juga standar kok, pas sama kantong”. Tapi menurutnya porsi nasi masih terlalu sedikit, “untuk orang yang sedang diet mungkin porsinya cukup” ujarnya.

Tapi apapun itu, gak ada salahnya kan, kalau kalian main ke Bandung kemudian menyantap kuliner lezat ini. Sesuai dengan namanya deh, Ayam Lepaas dan Lemas. Lezat Pedas dan Lezat Manis.
Share:

Profil Asep Wahyu

Asep Wahyu (55) pendiri sekaligus pengajar Jaipongan di Sanggar Tari Ringkang Gumiwang, Bandung. Ia tetap mempertahankan eksistensi Jaipongan sebagai tarian tradisional Jawa Barat di tengah maraknya modern dance saat ini.
Kiri…..kiri dulu….. baru kanan…… kanan……. puter kebelakang…

Begitulah suara Asep Wahyu yang sedang melatih anak didiknya tari Jaipongan di Sanggar Ringkang Gumiwang. Sanggar yang berlokasi di Yayasan Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan Kota Bandung ini adalah salah satu sanggar tari yang tertua di Jawa Barat.

Kang Asep, begitu ia disapa mengatakan bahwa sanggar tari ini telah ada sejak 1983. Namun saat itu statusnya masih berdiri sendiri sebelum kemudian diambil alih oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2000.

Ia mengaku belajar langsung tari Jaipongan dari Gugum Gumbira, sang penemu tari Jaipongan tersebut di awal era 80 an. Kang Asep juga menambahkan, bahwa dahulu Gugum Gumbira juga sering mengajar Jaipongan langsung di sanggar ini.

Ia tetap bertahan di dunia tari Jaipongan selama 33 tahun karena menari Jaipongan adalah satu-satunya keahlian yang ia miliki. “Dulu gak punya kerjaan tapi karena udah netep disini, ya udah weh disini, tapi lama-lama jadi pekerjaan” ujarnya.

Pria kelahiran Bandung 55 tahun silam ini juga menceritakan pengalaman pribadinya sebagai guru tari Jaipong. “Kalau dulu mah, sanggar cuma disini, jadi yang dari Cimahi, Cibiru, Sumedang, Tanjungsari, Padalarang, bahkan ada yang dari Sukabumi dan Cianjur belajarnya ya kesini” begitu menurutnya.

Begitu ditanya mengapa tari Jaipongan identik dengan perempuan ia mengatakan, tari Jaipongan ini asalnya dari kreasi tarian tradisional sebelumnya. Jadi, semua kalangan dari anak kecil hingga kakek-nenek, pria maupun wanita bisa menarikannya.

Ia mengatakan, juga ada gerakan khusus untuk laki-laki, hanya saja sedikit berbeda dengan gerakan tari Jaipongan untuk perempuan. “Asal pelatihnya bisa mengkreasikan gak masalah”, ucapnya.

Disinggung tentang tari Jaipongan yang lekat dengan unsur erotis ia mengatakan, tari Jaipongan itu adalah tarian tradisional yang banyak kreasi dan tak harus yang menonjolkan lekak-leku tubuh dalam praktiknya. “Itu tadi tinggal bagaimana pelatih sanggarnya saja, apakah ia bisa menciptakan kreasi lain dalam gerakan yang tidak membuat tari tersebut menjadi erotis”, tambahnya.

Kang Asep juga mengatakan, bahwa dahulu Jaipongan sering dipentaskan dalam acara hajatan di perkampungan penduduk, namun kini tari Jaipongan hanya dipentaskan saat acara seremonial kenegaraan di gedung pemerintahan saja. “Malah jadi kurang merakyat”, tuturnya.

Tur keluar negeri dalam rangka mempromosikan tari Jaipongan juga sudah sering ia lakukan. Thailand, Korea Selatan, Amerika Serikat, bahkan hingga keliling Eropa.

Namun, kurangnya perhatian pemerintah dalam membantu melestarikan tari Jaipongan saat ini dan semakin maraknya modern dance. Membuat Kang Asep gusar akan eksistensi tari Jaipongan, “Dulu mah banyak laki-laki, perempuan juga ikut belajar di sini”, ucapnya.

“Sekarang hanya tinggal beberapa orang saja yang masih mau belajar Jaipongan”, tambahnya. Dengan perubahan zaman ia mengatakan jangan sampai tari Jaipongan menjadi hilang atau malah diakui oleh negara lain sebagai kebudayaannya.
Share:

Labels

Recent Posts

Unordered List

Pages